Kamis, 01 Desember 2016

Sukuk Forecasting in Indonesia


Salah satu bentuk instrumen keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan baik oleh korporasi maupun negara adalah sukuk. Di beberapa negara, sukuk telah menjadi instrumen pembiayaan anggaran negara yang penting. Pada saat ini, beberapa negara telah menjadi regular issuer dari sukuk, misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirate Arab, Qatar, Pakistan, dan State of Saxony Anhalt – Jerman.
Berdasarkan data terakhir dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Republik Indonesia pada bulan Mei 2016, nilai akumulasi penerbitan sukuk korporasi (total nilai emisi) sebesar Rp 16,1 triliun. Sementara itu, nilai outstanding sukuk berada pada angka Rp 9,4 triliun. Jumlah outstanding sukuk korporasi yang diterbitkan sebanyak 44 sukuk. Sementara akumulasi jumlah penerbitan sukuk terdapat 87 sukuk.
Lalu, berapa perkiraan posisi nilai dan outstanding sukuk pada akhir 2016? Berapa prediksi nilai outstanding sukuk dan total nilai emisi? SMART Consulting mencoba mengkalkulasinya melalui beberapa pendekatan forecasting. Tools yang digunakan adalah software QM (Quantitative Method).
Untuk nilai outstanding, perkiraan nilainya pada akhir tahun 2016 ini adalah berada pada kisaran Rp 9,3 hingga Rp 9,9 triliun. Metode prediksi yang digunakan melalui 3 cara: Exponential Smoothing dengan trend, trend analysis hingga multiplicative decomposition.
Adapun untuk total nilai emisi atau nilai akumulasi penerbitan sukuk, perkiraan nilai pada akhir tahun 2016 adalah berada pada kisaran Rp 16,3 hingga Rp 18 triliun. Market share sukuk korporasi di Indonesia berdasarkan nilai yang diterbitkannya baru sebesar 3,71 persen dari total nilai penerbitan obligasi konvensional. Angka ini tidak begitu jauh dengan proporsi perbankan syariah yang baru memiliki pangsa pasar 4-5% dari perbankan secara keseluruhan.

Minggu, 27 November 2016

Berapa Aset Bank Syariah di Indonesia pada Akhir 2016?


Forecasting adalah ilmu memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan terjadi dengan menggunakan data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis. Peramalan menggunakan teknik-teknik peramalan yang bersifat formal maupun informal (Gaspersz, 1998). Kegiatan peramalan merupakan bagian integral dari pengambilan keputusan. Peramalan mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang belum pasti (intuitif). 

Dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam proses peramalan yang akurat dan bermanfaat (Makridakis, 1999): data yang relevan serta pemilihan teknik peramalan yang tepat. Untuk melakukan peramalan diperlukan metode tertentu dan metode mana yang digunakan tergantung dari data dan informasi yang akan diramal serta tujuan yang hendak dicapai. 

Dalam prakteknya, terdapat berbagai metode peramalan kuantitatif. Pertama yaitu Moving Averages (rata-rata bergerak) baik ‘simple’ maupun ‘weighted’. Kedua penghalusan eksponensial (exponential smoothing) yakni metode peramalan dengan menambahkan parameter alpha dalam modelnya untuk mengurangi faktor kerandoman. 

Tiga, proyeksi trend (trend projection). Metode proyeksi trend dengan regresi, merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Metode ini merupakan garis trend untuk persamaan matematis. Selain yang disebutkan di atas, terdapat metode forecasting lain seperti: dekomposisi, ARIMA, dll. 

Kali ini, SMART Consulting mencoba melakukan prediksi total aset yang akan dicapai industri perbankan syariah di Indonesia pada akhir tahun 2016. Alat bantu yang digunakan adalah software QMv3 (Quantitative Method) dengan data time series tahunan mulai 2005 hingga 2015.

Hasilnya menunjukkan bahwa dengan metode dekomposisi (Multiplicative Decomposition), aset bank syariah Indonesia diperkirakan mencapai Rp 313,84 triliun di akhir 2016. Sedikit berbeda dengan hasil tersebut, dengan metode analisis tren, aset bank syariah Indonesia diperkirakan mencapai Rp 314,26 triliun. 
Adapun jika menggunakan pendekatan exponential smoothing dengan tren (alpha 0.2 dan beta 0.5), pada akhir 2016 aset bank syariah Indonesia diperkirakan mencapai Rp 317,93 triliun. Aset bank syariah akan mencapai Rp 325,82 jika alpha dan beta yang digunakan 0.2 dan 0.6. 

Maka, jika tidak ada hal luar biasa yang terjadi -yang sifatnya unorganik- dan asumsi ‘ceteris paribus’, aset bank syariah di Indonesia pada akhir tahun 2016 akan berada pada kisaran Rp 313 hingga Rp 325 triliun ‘saja’. Range nilai ini juga menunjukkan skema pesimis-optimis. Lantas, seberapa tepat prediksi ini? Kita tunggu saja akhir tahun nanti.